A. Pengertian Fi’il Tsulatsy
Fi’il Tsulatsy terdiri
dari dua kata, yaitu; Fi’il dan Tsulatsy. Fi’il adalah kalimat yang menunjukkan
arti dari pada dirinya sendiri dan disertai dengan zaman dari asal
peletakannya. Sedangkan Tsulatsy adalah berasal dari lafadz tsalatsatun yang
berarti tiga, kemudian dinisbatkan menjadi tsalatsy dan dihukumi qiyasi,
sedangkan tsulatsy hukumnya syadz. Jadi Fi’il Tsulatsy adalah kalimah fi’il
yang huruf asalnya tiga.
Berikut adalah
pembagian Fi’il, yaitu;
1. Fi’il Tsulatsy, seperti;عَلِمَ
، فَتَحَ ، ضَرَبَ ، نَصَرَ
a. Fi’il tsulatsy mujarrad
Fi’il tsulatsy mujarrad adalah; fi’il
yang disepikan dari huruf tambahan. Huruf tambahan yang dimaksud adalah ء
و ي س ا ﻫ ل ت ن م
b. Fi’il tsulatsy mazid
Fi’il tsulatsy mazid adalah; fi’il tsulatsy
yang ditambah satu huruf atau dua huruf atau tiga huruf.
2. Fi’il Ruba’i, seperti; دَخْرَجَ
a. Fi’il Ruba’i mujarrad adalah; fi’il
yang disepikan dari huruf tambahan.
(1. Fi’il ruba’i mujarrad goiru mulhaq
(2. Fi’il ruba’i mujarrad mulhaq
b. Fi’il Ruba’i mazid
Fi’il ruba’i mazid adalah; fi’il ruba’i
yang ditambah satu huruf atau dua huruf atau tiga huruf.
B.
Ruang lingkup Fi’il Tsulatsy
Fi’il tsulatsy mujarrad itu babnya
ada enam yaitu;
1. Apabila fi’il madlinya mengikuti
wazan فَعَلَ maka
fi’il mudlori’nya mengikuti wazan يَفْعُلُ
atau يَفْعَلُ
atau يَفْعِلُ
2. Apabila fi’il madlinya mengikuti
wazan فَعُلَ maka
fi’il mudlori’nya mengikuti wazan يَفْعُلُ
3. Apabila fi’il madlinya mengikuti
wazan فَعِلَ maka
fi’il mudlori’nya mengikuti wazan يَفْعَلُ
atau يَفْعِلُ
Bab I mengikuti wazan فَعَلَ
يَفْعُلُ
Fi’il yang mengikuti bab ini adalah
fi’il dari bina’ shohih, ajwaf wawi, naqis wawi dan mudho’af, sedangkan fi’il
dari binak mitsal, lafif, ajwaf ya’i, naqis ya’i, mahmuz ‘ain dan mahmuz lam
tidak dapat mengikuti bab ini.
Umumnya bab ini diikuti oleh fi’il
muta’addi, contoh: قَتَلَ يَقْتُلُ (زَيْدٌ
عَمْرًا)
(Zaed membunuh umar) dan ada yang dari fi’il lazim,
contoh: قَعَدَ
يَقْعُدُ (زَيْدٌ عَلَى الْكُرْسِيِّ) (Zaed duduk diatas kursi).
Bab II mengikuti wazan فَعَلَ
يَفْعِلُ
Bab ini diikuti oleh fi’il dari bina’ yang bukan ajwaf wawi,
naqis wawi.
Umumnya bab ini diikuti oleh fi’il
muta’addi, kecuali dari bina’ mudlo’af, contoh: ضَرَبَ
يَضْرِبُ (زَيْدٌ عَمْرًا) (Zaed memukul umar) dan ada yang
dari fi’il lazim, contoh:
جَلَسَ يَجْلِسُ (زَيْدٌ عَلَى الْكُرْسِيِّ) (Zaed
duduk diatas kursi).
Bab III mengikuti wazan فَعَلَ
يَفْعَلُ
Fi’il yang mengikuti bab ini umumnya
fi’il muta’addi, contoh: فَتَحَ يَفْتَحُ (زَيْدٌ الْبَابَ) (Zaed
membuka pintu itu) dan ada yang dari fi’il lazim, contoh: ذَهَبَ
يَذْهَبُ (زَيْدٌ) (Zaed pergi).
Bab IV mengikuti wazan فَعُلَ
يَفْعُلُ
Fi’il yang mengikuti bab ini adalah
fi’il dari bina’ shohih, mitsal, naqis wawi dan mahmuz, sedangkan fi’il dari
binak ajwaf, naqis ya’i, lafif tidak dapat mengikuti bab ini. Lafadz طَالَ hukumnya
syadz (keluar dari kaidah), dan fi’il dari bina’ mudlo’af hanya sedikit.
Fi’il yang mengikuti bab ini semuanya
fi’il lazim, karena dalam bab ini untuk fi’il yang mengandung
arti watak atau sifat, maka pengaruhnya hanya pada fi’il dan tidak sampai pada
maf’ul bih, contoh:
حَسُنَ يَحْسُنُ (وَجْهُ زَيْدٍ) (Wajah zaed tampan) dan ada yang
dari fi’il, contoh:عَظَمَ يَعْظُمُ (ذَلِكَ الاَمْرُ) (Perkara itu besar)
Syarat
dari bab ini ialah ‘ain fi’il
atau lam fi’ilnya harus berupa salah satu huruf halaq (ء ﻫ
ع غ ح خ), contoh: نَحَل
يَنْحَلُ، بَدَهَ يَبْدَهُ، ذَهَبَ يَذْهَبُ، نَشَأَ يَنْشَأُ، سَأَلَ يَسْأَلُ، مَنَعَ
يَمْنَعُ، رَعَدَ يَرْعَدُ، سَلَخَ يَسْلَخُ، فَخَرَ يَفْخَرُ، فَتَحَ يَفْتَحُ،
صَبَغَ يَصْبَغُ، شَغَلَ يَشْغَلُ , sedangkan ‘ain fi’il atau lam fi’ilnya tidak
berupa huruf halaq ini hukumnya syadz (diluar kaidah), seperti: سَلَي
يَسْلَي، قَلَي يَقْلَي، أَبَي يَأْبَي.
Bab V mengikuti wazan فَعِلَ
يَفْعَلُ
Fi’il yang mengikuti bab ini kebanyakan
dari fi’il lazim, contoh:
فَرِحَ يَفْرَحُ (زَيْدٌ) (Zaed bergembira), dan ada yang muta’addi, contoh: عَلِمَ
يَعْلَمُ (زَيْدٌ تِلْكَ الْمَسْئَلَةَ) (Zaed mengetahui masalah itu), سَمِعَ
يَسْمَعُ (زَيْدٌ صَوْتَ الْمِذْيَاعِ) (Zaed mendengar suara radio). Karena
bab ini umumnya untuk sifat-sifat yang menetap, contoh: شَنِبَ
يَشْنَبُ (الرََجُلُ) (Laki-laki itu bergigi putih lagi
bagis), sesuatu yang datang lenyap (tak kekal) , contoh: مَرِضَ يَمْرَضُ (زَيْدٌ) (Zaed
sakit), dan warna, شَهِبَ يَشْهَبُ (هَذَا
الثَّوْبُ) (Baju ini berwarna kelabu).
Bab VI mengikuti wazan فَعِلَ
يَفْعِلُ
Fi’il yang mengikuti bab ini kebanyakan
dari fi’il lazim, contoh: نَعِمَ يَنْعِمُ (عَمِي) (Pamanku
hidup senang). dan ada yang dari fi’il muta’addi, contoh: حَسِبَ
يَحْسِبُ (هَذِهِ الْكُتُبُ) (Dia menghitung kitab-kitab ini).
DAFTAR PUSTAKA
Kholiq Abdullah, terjemah nadzom maqsud, Nganjuk PP Darus
Salam.
Hamid Abdul Manaf, Pengantar Ilmu Shorof, Nganjuk
Fathul Mubtadiin.
Ilyas Mohammad, Hall Al Ma’qud, Surabaya Al Hidayah.
Muthohar Ahmad, AL Maufud, Semarang Toha Putra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar